Sabtu, 07 Januari 2012

MANAJEMEN STRATEGI PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manajen dalam bahasa inggris “to manage“ yang artinya mengurus, membimbing dan mengawasi. Manajemen juga dapat diartikan suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan mengatur sesuatu agar sesuatu yang dimanaj tersebut dapat berjalan secara efektif dan berhasil. Berdasarkan artian manajemen diatas dapat sedikit diratik artian dari manajemen strategi pembelajaran adalah suatu perencanaan, untuk melaksanakan strategi-strategi pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan pembelajarannya berhasil. Karena, dalam proses pembelajaran didalam kelas guru atau pendidik tidak hanya menyampaikan materi-materi pelajaran. Namun guru atau pendidik dalam pembelajarannya juga membutuhkan cara-cara atau strategi-strategi agar apa yang ia sampaikan kepada peserta didik dalam proses kegiatan belajar-mengajar siswa dapat menangkap materi dengan baik dan memahami meteri tersebut. Karena, proses tersebut berhasil berarti tujuan dari pembelajaran tersebut dapat dikatakan berhasil pula.
Manajemen strategi pembelajaran dapat digunakan oleh guru dalam mengelola kelas, mengatur stretegi-stretegi yang tepat dalam pembelajaran, memahami hubungannya dengan peserta didik yang masing-masing memiliki keunikan dan latar belakang yang berbeda-beda. Kerena guru memiliki peranan yang sangat penting bagi peseta didik.

B.     Rumusan Masalah
Berikut pokok-pokok permasalahannya:
1.      Jenis strategi apa sajakah yang diperlukan guru atau pendidik dalam pembelajaran?
2.      Pertimbangan apa sajakah yang harus dilakukan guru dalam memilih startegi pembelajaran?
3.      Bagaimana mengembangkan kecakapan siswa?
4.      Bagaimana konsep metode pembelajaran?

C.    Tujuan Makalah
Adapun yang menjadi tujuan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui Jenis strategi apa sajakah yang diperlukan guru atau pendidik dalam pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui Pertimbangan apa sajakah yang harus dilakukan guru dalam memilih startegi pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan kecakapan siswa.
4.      Untuk mengetahui konsep metode pembelajaran.











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Jenis-jenis Strategi pembelajaran
Berikut ini pengertian strategi pembelajara dari beberapa pendapat:
-        Manajemen Strategi pembelajaran diartikan sebagi perencanaan yang berisi tentang rangkaian yang di desain untuk mencapai tujuan tertentu.
-        Menurut Wina Sanjaya (2008:125) istilah strategi digunakan dalam dunia meliter yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan meliter unuk memenangkan suatu peran. Seseorang yang berbeparan dalam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan tindakan, ia akan menimbangkan bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas.
-        Menurut Dick dan Carey ( 2005:7) mengatakan bahwa stretegi pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang dugunakan untuk kegiatan selanjutnya.
-        Menutur Hamzah B.uno (2008:45) strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatiakan guru dalam proses pembelajaran. Palingg tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni 1) strategi pengorganisasian pembelajaran, 2) strategi penyampaian pembelajarannya, dan 3) strategi pengelolaan pembelajaran.
-        Sedangkan menurut suparman (1997:157) mengatakan strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan meteri pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Berdasarkan artian-artian para ahli pendidikan diatas inti dasarnya adalah sama. Yaitu sama-sama mengartikan strategi pembelajaran adalah rancangan, pengorganisasian dll.
Suatu manajemen strategi pembelajaran yang menggunakan urutan kegiatan pembelajaran yang dibuat secara sistematis, memiliki potensi untuk memudahkan kegiatan belajar peserta didik. Urutannnya yang sistematis sangat penting karena akan menunjukan urutan yang harus dan perlu diikuti dalam menyajikan sesuatu. Pemilihan media yang sesuai dengan keperluan sangat bermanfaat dalam membantu merancang pembelajaran.
Jenis strategi pembelajaran menurut Wina sanjaya (2008:128) ada beberapa jenis yang digunakan. Rowntree dalam Wina Sanjaya, mengelompokan kedalam strategi penyampaian penemuan atau Expositian-discovery learning dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups individual-learning.
Dalam strategi exposition, bahan pembelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi, dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen dalam Wina Sanjaya, menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Dalam strategi ini, materi pembelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian dalam strategi expositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan dotemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langusng.
Strategi langusng dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seotang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal, atau bisa juga siswa belajar kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oelh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahan, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju hal kongkrit. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus. Sebaliknya dengan strategi induktif, bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang kongkrit atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dar khusus ke umumu.
Menurut Hisyam Zaini dkk (2002:50-58) ada beberapa jenis strategi pembelajaran diantaranya:
a.       Card Sort (Cari Kawan)
Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang objek atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu menimalisir kelas yang jenuh atau bosan. Langkah-langkahnya:
1)      Setiap siswa (mahasiswa) dibagi potongan kerts yang berisi informasi atau contaoh yang tercakup dakam satu lebih kategori.
2)      Mintalah siswa (mahasiswa) untuk bergerak dann berkeliling di dalam kelas untuk menemukan karu dengan kategori yang sama. (Anda dapat mengumumkan kategori tersebut sebelumnya atau memberikan siswa (mahasiswa) menemukannya sendiri.
3)      Siswa (mahasiswa) dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas.
4)      Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, berikan poin-poin penting terkait materi pelajaran.
5)      Minta setiap kelompok uakukan penjelaskan tentang kategori mereka selesaikan.
b.      The Power of Two (Dua Kekuatan)
Aktifitas pemebelajaran ini digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat pentingnya dan memperkuat pentingnya serta manfaat sinergi yaitu bahwa dua kepala sungguh lebih baik dari hanya satu kepala. Langkah-langkahnya:
1)      Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran.
Contoh:
·         Mengapa terjadi perbedaan paham dan alran dikalangan umat islam?
·         Mengapa peristiwa dan kejadian buruk menimpa orang baik?
·         Apa arti khusyu’ sebenanrnya?
2)      Siswa (mahasiswa) diminta untk menjawab pertanyaan-pertanyaan secara individual.
3)      Setelah semua siswa (mahasiswa) menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, mintalah mereka untuk berpasangan dan saling bertukar satu sama lain dan membahasnya.
4)      Mintalah pasangan-passangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka.
5)      Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru bandingkan jawaban setiap pasangan di dalam kelas.
c.       Jigsaw Learning (Belajar dengan Model Jigsaw)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang digunakan yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa (mahasiswa) dalam belajar sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Langkah-langkahnya:
1)      Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segment (bagian).
2)      Bagi siswa (mahasiswa) menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segment yang ada. Jika jumlah siswa (mahasiswa) ada 50 sementara jumlah segment yang ada adalah 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi 2, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses selesai gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.
3)      Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi pelajaran yang berbeda-beda.
4)      Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah merejka dipelajari di kelompok.
5)      Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudiann tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6)      Berikan siswa (mahasiswa) beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.
d.      Everyone is a Teacher Here (Semua Bisa Jadi Guru)
Strategi ini tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa (mahasiswa) untuk berperan sebagai guru bagai kawan-kawannya. Langkah-langkahnya.
1)      Bagikann secarik kertas atau kartu indeks kepada seluruh siswa (mahasiswa). Minta siswa (mahasiswa) untuk menuliskan satu pertanyaan tetntang materi pembelajaran yang sedang dipelajari di kelas (misalnya tugas membaca) atau sebuah topic khusus yang akan didiskusikan di dalam kelas.
2)      Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagiakan kepada setiap siswa (mahasiswa). Pastikan tidak ada siswa yang menerima soal yang ditulis sendiri. Minta mereka untuk membaca dalam hati pertanyaan dalam kelas tersebut kemudian memikirkan jawabannya.
3)      Minta siswa (mahasiswa) secara suka rela untuk membacakan pertanyaannya tersebut dan menjawabnyan.
4)      Setelah jawaban diberikan, minta siswa (mahasiswa) lainnya untuk menambahkan.
5)      Lanjutkan dengan suka relawan berikutnya.
Strategi tersebut diatas dapat diterapkan sesuai denagn materi yang diajarkan, tujuannya untuk menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar sekaligus dapat memutivasi siswa atau mahasiswa yang kurang mau bertanya, dan dapat juga untuk mengajak siswa atau mahasiswa untuk lebih cepat memahami tentang materi yang diajarkan.
Menurut Irfan (2003:33) ada beberapa klasifikasi strategi pembelajaran berikut ini:
1)      Strategi pengorganisasian pembelajaran adalah metode yang digunakan untuk mengorganisasi isi bidang study yang telah dipilih dalam pembelajaran. “Mengorganisakan” mengacu kepada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lainnya yang setingkat dengan itu.
2)      Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari siswa. Media pembelajaran yang akan menjadi kajian utama dalam pembelajaran strategi ini. 
3)      Strategi Pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata inetraksi antara siswa dan variabel metode pembelajaran lainnya strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian.

B.     Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Menurut Wina Sanjaya (2008:129) pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan:
1.      Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
-        Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspet kognitif, afektif, atau psikomotorik?
-        Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah?
-        Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?
2.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran.
-        Apakah materi pembelajaran itu berupa fatka, atau konsep hokum, atau teori tertentu?
-        Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?
-        Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
3.      Pertimbangan dari sudut siswa.
-        Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa?
-        Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?
-        Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?
4.      Pertimbangan- Pertimbangan lainnya.
-        Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?
-        Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan?
-        Apakah strategi itu memiliki nilai efektifitas dan efesiensi?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi yang diingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif dan psikomotorik. Demikian juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya.

C.    Strategi Mengembangkan Kecakapan Siswa
Menurut Abdul Majid (2008:69) sesuai dengan fitrahnya, manusia terdiri dari tiga dimensi, yaiut jasad, akal, dan rohnya. Ketiga dimensi dalam diri manusia harus dipelihara agar seimbang (tawazun). Gagne dalam Abdul Majid (2008:69) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan membelajarkan adalah sebagai berikut:
1.      Fasse Motivasi siswa akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri.
Hal ini sangat berperan, karena siswa harus berusaha sendirii memeras otaknya sendiri. Karena kadar motivasinya lemah, siswa akan cenderung membiarkan permasalahan yang diajukan. Peran guru dalam hal ini adalah menimbulkan motivasi belajar siswa akan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
2.      Fase menaruh perhatian (attention, alertness)
Siswa memperhatikan unsur-unsur yang relevan sehingga terbentuk pola-pola perseptual tertentu. Siswa secara khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari, sehinggga konsentrasi terjamin.
3.      Fase pengolahan.
Siswa memahami informasi dalam Short Term Memory atau memory jangka pendek dalam mengolah informasi untuk diambil maknanya. Dalam hal ini siswa harus mengali ingatan siasat-siasat yang pernah digunakannya, mana yang cocok untuk problem ini. Kalau tidak tersedia siasat (strategi) dalam ingatan, siswa harus menciptakan siasat bari dan ini membutuhkanpikiran kreatif, paling sedikit pikiran terarah.
4.      Fase umpan balik (feedback, reinforcement)
Siswa dapat informasi, sejauh prestasinya tepat. Siswa konfirmasi tentang tepat tidaknya penyelesaian yang ditemukannya, komunikasi ini dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi siswa untuk berusaha memeras otak lagi pada lain kesempatan.
Fase-fase tersebut dapat diaplikasikan pada kegiatan. Kegiatan pada kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Gagne dalam Abdul Majid (2008:69) mengemukakan penyempurnaan rangkaian fase dalam proses belajar siswa yang tersebut di atas, yaitu:
1)      Perhatian (attention, alertness)
Siswa khusus memeperhatiakan hal yang akan dipelajari.
2)      Menyadari tujuan belajar (motivation, expecting)
Siswa sadar akan tujuan instruksional dan bersedia melibatkan diri.
3)      Mengali (retrieval to working memory)
Siswa mengingat kembali diri ingatan jangka apa yang sudah diketahui, dipahami, dikuasai tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.
4)      Berpersepsi selektif (selestive perception)
Siswa mengamati unsur-unsur dalam perangsang yang relevan bagi pokok bahasan. Siswa memperoleh pola perseptual.
5)      Mengolah informasi (encoding, entry to storage)
Siswa memberikan makna pada pola perseptual dengan membuat informasi sungguh berarti, antara lain dengan menghubungkannya dengan onformasi lama yang sudah digali dari ingatan jangka panjang.
6)      Menagli informasi (responding to question or task)
Siswa membuktikan melalui suatu prestasi kepada guru dan diri sendiri bahwa pokok bahasan telah dikuasai, memberikan indikasi bahan dasarnya telah dicapai.
7)      Mendapatkan umpan balik (feedback, reinforcement)
Siswa dapat mendapat penguat dari guru kalau prestasinya tepat, mendapat koreksi kalau prestasinya salah.
8)      Memantafkan hasil belajar (retrieval transfer)
Siswa mengerjakan berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa mengadakan transfer belajar. Siswa mengulang-ulang kembali.

D.    Konsep Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Metode pendidikan berarti cara-cara yang dipakai oleh guru agar tujuan pendidikan dapat dicapai sacara efektif dan efisien. Dalam proses pembelajaran, Noeng Muhadjir dalam Swardi (2008:61) membedakan antara istilah pendekakatan, metode, dan teknik. Pendekatan berarti cara untuk menganalisis, memperlakukan, dan mengevaluasi suatu obyek. Menurut Martinis Yamin (2008:74) mengemukakan bahwa metode intruksional merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan memberi contoh dan memberi latihan isi pwmbwlajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Berikut ini disajikan beberapa, metode pembelajaran Menurut Zuhairini (1983:83) yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran.
1.       Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
a.       Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Ada beberapa alasan mengapa Metode ceramah sering digunakan. Alas an ini sekaligus merupakan keunggulan atau kelebihan metode ini.
1)      Ceramah meruapakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk dilakukan.
2)      Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
3)      Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
4)      Melalui Metode ceramah, guru dapat mengontrol meadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
5)      Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
Disamping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan, di bawah ini:
1)      Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
2)      Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya Verbalisme.
3)      Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
4)      Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
b.      Langkah-Langkah menggunakan Metode Ceramah
Agar metode ini berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan.
1)      Tahap persiapan.
-           Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
-           Menentukan pokok-poko materi yang akan direncanakan.
-           Mempersiapkan alat bantu.
2)      Tahap pelaksanaan.
a)         Langkah pembukaan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah pembukaan ini.
-           Yakinkan bahwa siswa memahami tjuan yang akan dicapai.
-           Lakukan langkah apersepsi.
b)         Langkah penyajian.
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah kita berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
-        Menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa.
-        Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa.
-        Sajikan materi pembelajarann secara sistematis, tidak meloncat-loncat, agar mudah ditangkap oleh siswa.
-        Jagalah agar kelas tetap kondisif dan menggairahkan untuk belajar.
c)         Langkah mengakhiri atau menutup ceramah.
Ceramah harus ditutp agar materti pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran. Hal-hal tersebut yang dapat dilakukan untuk keperkuan tersebut di antaranya:
-        Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan.
-        Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan.
-        Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai meteri pembelajaran yang baru saja disampaikan.
2.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau sekedar tiruan.
a.       Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, di antaranya:
1)      Melakukan metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
2)      Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi jug melihat peristiwa yang terjadi.
3)      Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk antara teori dengan kenyataan.
Dengan demikian siswa akan lebih menyakini kebenaran materi pembelajaran. Metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
1)      Metode demonstrasi memerlukan persiapan lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadaai metode demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode demonstrasi ini tidak efektif lagi.
2)      Metode demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3)      Metode demonstrasi memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
b.      Langkah-Langkah menggunakan Metode Demonstrasi
1)      Tahap persiapan.
-        Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir.
-        Persiapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi diperlukan.
-        Lakukan uji coba demonstrasi.
2)      Tahap pelaksanaan
a)      Langkah pembukaan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah pembukaan ini.
-        Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
-        Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
-        Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa.
b)      Langkah pelaksanaan demonstrasi
-        Mulailah dengan kegiatan-kegiatanyang merangsang siswa untuk berpikir.
-        Ciptakan suasana yang menyejukan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
-        Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.
-        Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi.
c)      Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.
3.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahannya, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Menurut Killen dalam Wijaya Sanjaya (2008:154). Karena itu, diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menetukan keputusan tertentu sacara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Dilihat dari pengorganisasian materi pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran.
-     Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu sendiri.
-     Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa sub masalah. Setiap kelompok memecahkan sub masalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
Jenis apa pun diskusi yang digunakan menurut Briges dan Wina Sanjaya (2008:155) dalam pelaksanaannya guru harus mengatur kondisi agar:
-     Setiap siswa dapat bicara menegluarkan gagasan dan pendapatnya.
-     Setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang laon.
-     Setiap siswa harus saling memberikan respon.
-     Setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting.
-     Melalui diskusi Setiap siswa harus dapat mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi.
a.       Kelebihan dan kelemahan metode diskusi.
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala ditetapkan dalam kegiatan pembelajaran.
-        Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
-        Dapat melatih dan membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahannya.
-        Dapa melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.
Selain terkadi kelebihan, diskusi ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
-        Sering terjadi pembicaraaan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki ketrampilan berbicara.
-        Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas. Sehingga kesimpulan menjdai kabur.
-        Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
-        Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak  terkontrol.
b.      Jenis-jenis diskusi
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:
1)      Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakann dalam diskusi kelas ini adalah:
-           Guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi.
-           Sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan salama 10-15 menit.
-           Siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator.
-           Sumber masalah meberi tanggapan.
-           Moderator menyimpulkan hasil diskusi.
2)      Diskusi kelompok kecil
Diskuis kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah kelompok antara 3-2 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil, ketua kelompok manyajikan hasil diskusinya.
3)      Symposium
Symposium adalah metode mangajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Symposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka Symposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya, dan lain sebagainya.






















BAB II
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Manajemen Strategi pembelajaran diartikan sebagi perencanaan yang berisi tentang rangkaian yang di desain untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu manajemen strategi pembelajaran yang menggunakan urutan kegiatan pembelajaran yang dibuat secara sistematis, memiliki potensi untuk memudahkan kegiatan belajar peserta didik. Urutannnya yang sistematis sangat penting karena akan menunjukan urutan yang harus dan perlu diikuti dalam menyajikan sesuatu. Pemilihan media yang sesuai dengan keperluan sangat bermanfaat dalam membantu merancang pembelajaran.
Menurut Hisyam Zaini dkk (2002:50-58) ada beberapa jenis strategi pembelajaran diantaranya:
1.      Card Sort (Cari Kawan)
2.      The Power of Two (Dua Kekuatan)
3.      Jigsaw Learning (Belajar dengan Model Jigsaw)
4.      Everyone is a Teacher Here (Semua Bisa Jadi Guru)
Menurut Wina Sanjaya (2008:129) pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan:
1.      Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran.
3.       Pertimbangan dari sudut siswa.
4.      Pertimbangan- Pertimbangan lainnya.
Menurut Abdul Majid (2008:69) sesuai dengan fitrahnya, manusia terdiri dari tiga dimensi, yaiut jasad, akal, dan rohnya. Ketiga dimensi dalam diri manusia harus dipelihara agar seimbang (tawazun). Gagne dalam Abdul Majid (2008:69) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan membelajarkan adalah sebagai berikut:
1.      Fasse Motivasi siswa akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri.
2.      Fase menaruh perhatian (attention, alertness)
3.      Fase pengolahan.
4.      Fase umpan balik (feedback, reinforcement)
Menurut Abdul Majid (2008:69) sesuai dengan fitrahnya, manusia terdiri dari tiga dimensi, yaiut jasad, akal, dan rohnya. Ketiga dimensi dalam diri manusia harus dipelihara agar seimbang (tawazun). Gagne dalam Abdul Majid (2008:69) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan membelajarkan adalah sebagai berikut:
1.      Fasse Motivasi siswa akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri.
2.      Fase menaruh perhatian (attention, alertness)
3.      Fase pengolahan.
4.      Fase umpan balik (feedback, reinforcement)
















DAFTAR PUSTAKA

Manajajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta:BP.DHARMA BHAKTI

1 komentar:

  1. Baccarat - Five Strategies for Beginners - FEBCASINO
    Baccarat is a popular betting game, played in a traditional style where 온카지노 the object is to win the 바카라 사이트 card or to 제왕카지노 make the bet. Baccarat is a

    BalasHapus